Selasa, 27 November 2012

Dialog pada suatu kemarau hati

Kau sayang padaku ?
Tentu. Haruskah aku mengatakannya tiap hari. Kita bukan lagi remaja yang baru saja mengenal cinta. 
Namun, terkadang untuk merasa bahagia dalam cinta kita perlu belajar dari anak remaja.
Baik. Jikalau begitu apa kau mau aku mengatakannya di depan semua orang agar kau senang ?
Lalu, kau berharap aku tak menginginkanmu mengatakannya lagi ?
Kau selalu melumat habis isi pikiranku. 
Kau ingat saat pertama kita bertemu ?
Di perempatan jalan Gerilya, aku melihatmu dan kubalikkan arah kendaraanku. Kau tak tau aku mengikutimu hingga di ujung jalan dekat rumahmu. Dan aku terus melakukannya hingga setelah kita bersama.
Kau ingat rumah dambaan kita untuk masa depan ?
Kau ingin rumah tua dengan arsitektur khas kolonial Belanda, dengan pot-pot bunga mawar dan anggrek berjejer di beranda, serta perpustakaan kecil tempat kau dan aku membiasakan Patria, Nadya, dan Narendra kita untuk gemar membaca. 
Kau mengingatnya se-detail itu ya
Bagaimana tidak. Dari dulu aku menginginkanmu. 
Sekarang ?
Aku tak tau. Kau buat aku jatuh terlalu dalam. Kau buat aku bingung bukan kepalang.
Kau meragu ?
Aku perlu waktu berdialog dengan hati terdalamku.
Haruskah aku menunggu ?
Jika kau membutuhkanku untuk menemani hidupmu. 
Kau tak mau buat rumah seperti yang kita lihat di Kebun Teh Kaligua dulu ?
Aku mau bersamamu mendesain rumah impian itu. Dan menempatinya bersama dengan Patria, Nadya, dan Narendra saat kita berlibur.
Kalau begitu, sisihkan pendapatanmu. Nanti kita kalkulasi bersama.
Aturlah semaumu. Kau berhak atas diriku
Aku hanya mau bersamamu.
Maka bersabarlah menghadapiku. 
Aku mau memilikimu seluruhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan jejak komentar ya kawan. Tapi kalo mau komen ada aturannya :
1. Kata-kata yang sopan
2. Tidak menyinggung SARA (apalagi orang tua :p )