Sabtu, 17 November 2012

Cinta dan Pernikahan menurut Plato

Sebenarnya saya tak terlalu mendalami sosok filsuf Yunani ini dan pemikiran-pemikiran beliau. Saya lebih menggemari Sun-Tzu dengan Seni perangnya. Namun kemarin ada seorang teman (mas Yunis) yang tiba-tiba share tentang cinta dan pernikahan menurut Plato. Saya tertarik. Mangkanya, saya coba googling around. yap ! akhirnya sedikit banyak saya mengerti dan sekarang saya sedang mengupayakan untuk mencari buku tentang hal itu. 

Dan berikut adalah petikan kisah Cinta dan Pernikahan menurut Plato.....


Murid Plato bertanya, “apakah cinta itu ?”
Lalu Plato berkata, “pergilah melewati ladang gandum disana, terus berjalan dan jangan berbalik atau berhenti. Ambillah setangkai gandum yang menurutmu paling baik. Jika sudah memetiknya, kamu dilarang mengganti dengan yang lainnya.”
Kemudian, murid itu pergi ke ladang gandum hingga akhirnya ia kembali sore hari tanpa satu pun tangkai gandum.
Plato bertanya, “Mengapa kamu tak membawa gandum?”
Murid berkata “aku melihat setangkai gandum yang bagus, tapi aku tak yakin ia yang terbaik sehingga aku terus mencari yang jauh lebih baik lagi namun tak ku temukan, sadar-sadar aku sudah berdiri di ujung ladang dan tak bisa kembali lagi.”
Plato pun menjawab “Itulah Cinta.”
*DIHARI LAINNYA*
Muridnya kembali bertanya kepada Plato, “apa itu pernikahan?”

Kali ini Plato menjawab, “Pergilah ke hutan dan carilah sebatang pohon yang menurutmu paling kokoh dan bagus. Jangan berbalik dan teruslah berjalan. Jika kamu sudah menemukannya kamu tak boleh menggantinya dengan yang lain.”
Selang berapa lama, muridnya kembali membawa sebuah batang pohon yang biasa saja. Batang pohon itu tidak besar dan tidak terlalu bagus.
Plato pun bertanya “Mengapa kamu pilih batang itu? Bukankah itu tampak biasa saja?”
Muridnya menjawab “Ya, aku berjalan seharian di hutan, mengingat pengalaman waktu dulu di ladang gandum bahwa aku tak bisa berbalik, daripada aku kembali dengan tangan kosong maka ketika melihat batang pohon ini untuk pertama kali, entah mengapa aku merasa suka saja walaupun ia bukan yang terbaik sehingga aku memutuskan mengambilnya.”
Plato pun menjawab “Itulah Pernikahan.”
********
Sungguh aku kagum dengan filosofi Plato. Sederhana, namun aku paham benar tentang makna yang ada. Memang seperti itulah seharusnya cinta. Cinta yang berarti kita dapat menahan keinginan kita akan kesempurnaan. Cinta yang menerima apa adanya. 
Karena ketika kita terlalu menginginkan kesempurnaan dalam cinta, maka justru kita tidak akan mendapatkan apa-apa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan jejak komentar ya kawan. Tapi kalo mau komen ada aturannya :
1. Kata-kata yang sopan
2. Tidak menyinggung SARA (apalagi orang tua :p )