Jumat, 28 Desember 2012

catatan penghujung tahun

Ahh aku meragu menekan tuts-tuts huruf ini. Tidak berniat menulis tapi ingin. Rasanya sudah lama sekali tidak menulis, menumpahkan isi hati. hmmm rupanya, menulis membuatku rindu.

Aku memaksa diri untuk membuat catatan penghujung tahun. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah kulakukan. Rasanya sudah lama sekali ingin, namun waktu tidak memberiku celah barang sebentar saja untuk membuka pikiran, menuangkan kata-kata yang menjejali kepala. Mengemasnya dengan alur yang bersahaja di tiap jengkal cerita. Hingga menjadi arsip cerita manis bila dicermati.

Hmm sebenarnya ada banyak kejadian yang bisa diceritakan. Namun, semuanya bertumpuk, semuanya minta didahulukan untuk diarsipkan. aaarrggghhhh

okay, aku mulai dari dua puluh dua. Angka yang sekarang aku injak. Ahh cepat sekali roda hidup berputar membawaku di titik dua puluh dua. Rasanya sudah tak pentas lagi bermanja-manja. Mungkin lebih pantas jika aku sendiri di bawah hujan, menapaki bermil-mil jalan kehidupan. ahh, tapi aku tak mau kesepian. Aku butuh teman, busur pelangi dan mentari.

Cerita silam, terlalu banyak benci yang dihadirkan masing-masing karakter. Terlalu banyak juga rasa ingin menjauhinya. Sebenarnya salah siapa ? hmm setelah aku pikirkan lagi, akulah sumber kesalahannya. Hidup sepatutnya saling mengerti, memahami, tidak egois, bukan melulu lebay mengartikan semua alpa hingga akhirnya meniupkan angin kebencian. Tapi dan tapi, kalau memang tidak suka, lebih baik aku menjauhi. Aku bukan orang yang pandai menerima pribadi yang mudah menyakiti. Apalagi menciptakan luka hati. Tetapi kemudian aku menyadari, bahwa aku harus membuka hati. Dengan bijak membuka ruang bagi mereka yang menggerogoti hati, karena aku juga tak suka memiliki Lawan. Perlahan aku mencoba, dan semoga berhasil :)

Lelaki Oktober, ahhh rasanya akan boros airmata bila mereka-reka lima belas purnama yang telah berlalu bersama harapan dan kenangan sosok gagah itu. Seribu alur yang telah kita tapaki, yang tak jarang menghadirkan sembilu hati, terkemas dalam harmoni kasih. Ahh apakah ini masih layak untuk disebut harmoni kasih ? hmm entahlah, keseluruhan aku hanya ingin mengenangnya dengan indah. Aku tidak sedang ingin mengutarakan kalimat cinta bersajak puisi. Aku hanya ingin membagi bahagia yang pernah aku alami bersamamu, lelaki oktober yang tak kenal lelah berpacu.

Lima belas purnama yang lalu, memang singkat. Sesingkat aku menonton film "Habibie & Ainun". Namun, pita memori di otak ini nampaknya tak pernah kusut, walau terus aku perintah untuk memutar kembali saat-saat pertama aku dan kamu bertemu. Seperti kebanyakan FTV mungkin, sepasang remaja untuk pertama kali mengikat janji ditengah hamparan kebun teh. :-)

Aku begitu kesulitan dengan detail tiap cerita, aku ingat tetapi aku mengendalikannya untuk tak menumpahkannya disini. Aku tau banyak hal yang semestinya hanya kita berdua saja yang tau.

Siang ketika kau mengajakku jalan-jalan di kebun teh, kau tahu ? itu bukan diriku. Saat itu, aku tidak banyak bercerita dan narsis berfoto-foto ria. Aku memilih menjadi sosok yang sedikit diam, aku masih asing denganmu, dan caramu memperlakukanku. Saat kau tersenyum, aku balas dengan senyum. Senyum itu mengandung sedikit harapan meminta kepastian. Kau tahu, kau masih baru. Yang "lama" sudah aku lupakan, walau belum seutuhnya hilang.

Siang menjelang sore itu dipastikan kabut segera turun. Kau mengajakku beranjak. Kita menuju tempat pertama kali kau mengucapkan "mau?". Aku terhenyak. Ada rasa takut disitu. Kau melafalkannya dengan tegas. Dan aku memilihmu. Tidak selalu indah, tapi aku selalu yakin kau dan aku tidak ada yang berubah, kita hanya menampakkan sifat asli masing-masing. Walau kini, kau telah patahkan sayapku.

Namun, benci yang ada banyak terselimuti oleh kasih yang mendominasi. Maka di satu waktu aku pernah berpikir, kau dengan kehidupanmu dan aku dengan jalanku. Kita, dua yang masih banyak berbeda, tapi aku masih mau mencoba menjadi satu. Entah esok akan seperti apa, saat ini aku hanya ingin bilang padamu, kau bagian terindah yang pernah ada walau mungkin kau tak merasakan yang sama terhadapku. 
"Hey kau lelaki oktober, sang ajudan yang gagah, kita pernah ada di satu masa bersama." 

Kamis, 20 Desember 2012

History and Heritage : Museum BRI

Selasa kemarin, saya dan adek jalan-jalan ke Museum BRI. Bagi kami, ini adalah kunjungan pertama kalinya ke museum yang terletak di Jl. Jend. Sudirman 55, Purwokerto.

with adek-adek

Keinginan untuk melihat-lihat koleksi dalam museum itu sebenarnya sudah lama terbersit. Terlebih karena bangunan museum yang khas bergaya Kolonial Belanda itu terlihat sangat anggun. Saya sering memandanginya dari depan kantor sang patjar (red : saat itu sang 'patjar' masih dinas di Denhubrem), dan dari kejauhan saja sudah terlihat keren, apalagi jika memasuki ke dalam bangunan yang masih terlihat kokoh itu. Awesome !

Setiba di museum, saya langsung menuju lantai dasar menemui mbak Wiwit di perpustakaan. Saya sempat melihat-lihat koleksi buku dan dokumen museum. Ada beberapa yang saya lihat adalah buku terbitan masa pemerintahan Kolonial Belanda, seperti Volkscredietwetzen, Compedium van Dienstvoorschriften der Algemeene Volkscredietbank, Blaadje voor het Volkscredietwezen, dan Fragmenten van Indisch Privaatrecht. Sebagian besar terbitan tahun 1920 hingga 1940-an. Selain itu juga ada salinan akta-akta pendirian Bank, seperti Akta pertama yaitu Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 205 tertanggal 11 Agustus 1897 yang disahkan di Bogor pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Van Der Wijk. 



Setelah puas menilik perpustakaan, mbak Wiwit mengajak saya untuk melihat-lihat koleksi museum. Dengan hangat, beliau memandu saya berkeliling dan menceritakan sejarah BRI dan menunjukkan koleksi-koleksi museum. Kami memulai dari lantai dasar museum. Di ruang ini diceritakan mengenai perjalanan perkembangan BRI dari masa berdirinya sampai sekarang. Disini saya temukan berbagai koleksi mesin hitung sederhana, seperti swimpoa, kalkulator, National Cash Register. Juga saya jumpai alat tulis dan brankast kuno, koin dari jaman masa Majapahit, koin kepeng, koin VOC, dan koin RI sampai masa 1971. 

Gobog majapahit (abad 15 - 16 M)
kepeng cina
NCR (National Cash Register)

Kemudian, kami pun lanjut ke lantai atas museum. Saya temui diorama-diorama yang mengisahkan tentang sejarah sistem keuangan di Indonesia, dimulai dari cikal bakal mata uang yang pernah beredar hingga lahirnya sistem perbankan pertama kali. Disini juga terdapat Arca Kuwera dan celengan tertua yang berasal dari jaman Majapahit. 


Arca Kuwera
Celengan dari masa Majapahit
Tour museum yang terakhir yakni kami ke luar ruangan menilik Purwokertosche Hulp en Spaar Bank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (kantor bank yang melayani pribumi Indonesia pertama kali). Didalamnya terdapat patung dan replika yang mengisahkan pelayanan kantor bank ini. 



Photo




Terimakasih mbak Wiwit & mas Miko, telah memandu kami jalan-jalan disini. Incredible ! Hmmm nampaknya, lain kali dengan senang hati saya kembali lagi kesini. :)




*pics from : koleksi pribadi ku & brimuseum.blogspot.com

Kamis, 13 Desember 2012

You're heroine

Aku hanyalah wanita yang ingatannya dijejali berbagai macam hal yang kadang tak terduga.
Ingin ke barat, sedetik kemudian bermanuver ke timur.
Ingin dewasa, sedetik kemudian manja.
Ingin yakin, sedetik kemudian ragu.

Cepatlah kembali. Obati 'penyakitku' ini.

Jumat, 07 Desember 2012

Songs of seasons


we belong here where the vibes from our old songs returning,
with the force of a longing heart we’re here again,
timeless season’s calling...rain of reason’s falling 
we belong to you and the memories yet to come soon 
will lead us back to you again 
songs of seasons playing....







inspired by : Float

Kamis, 06 Desember 2012

F U T U R E

Ini adalah tentang masa depan.





Bahagianya jika aku dan kau serta anak-anak kita merajut bentangan cerita indah dibawah atapnya yang kokoh. :)




See, bagaimana tidak betah berlama-lama di rumah seperti ini ! :)







inspired pics by  :
jelajahkuno.blogspot.com
www.banjoemas.com
google
wikipedia



Rabu, 05 Desember 2012

Berjalan-jatuh-bangkit-melompat


Hidup itu berjalan, jatuh, bangkit, melompat.

Berjalan. Menempuh jalan hidup yang terbentang luas di depan mata. 

Jatuh. Petik pelajaran dan hikmah dari tiap masa kejatuhan. Koreksi diri dan lebih mendekat pada sang Pencipta.

Bangkit. Kumpulkan energi. Merangkak dan berdiri. Lalu melangkah lagi.

Melompat. Kuatkan mental. Berusaha menggapai awan. 

Selasa, 04 Desember 2012

Lamunan



Aku isi kanvas putih susu ini menerawang jauh ke masa lalu. Dimana setiap dering ponsel itu menyadap sistem kerja otak kiri ku. Membuat ku penasaran apakah itu dari kamu ? Setiap hari ku endapkan rasa bahagia yang kau ciptakan pada kedalaman hati ini. Hingga meninggi. Agar semua orang tahu bahwa kau telah menghujani kemarau hati yang telah lama kering kerontang.

Kini, aku masih selalu menunggu bahagia itu datang kembali. Jejak hati dan langkahmu, tak pernah lelah ku harap mengarah padaku. Aku rumahmu, tempat kembalimu. Terkadang lamunan ini menghadirkan sebuah tanya 'rasa inikah yang menyebabkan ku gila ?' dan 'apakah kau tertular virusnya juga?' Ah tapi untukmu selalu saja yang kumau adalah jawaban 'iya'. Setidaknya itu bisa melegakan hatiku. Walau hanya dalam lamunan.

Hari ini tak ku dengar dering ponsel, tak seperti biasa. Kau mungkin sedang tak kuasa menghujani hati ini. Atau mungkin kau lelah, dan memilih sejenak untuk berhenti merintik. Ah itulah yang aku takutkan. Aku khawatir kau mengubah haluan. Berbelok dan tak kembali pulang. Karena aku terlalu bangga dan berharap akulah jalan pulangmu.

Aku dicekam ketakutan. Aku bermain dengan rasaku sendiri. Menari dalam lamunan asa tentang kita. Ah biarlah. Setidaknya aku masih mampu berharap kelak bahagia akan datang. Sesegera mungkin menghadirkan rona bahagia. Dan kalaupun itu tidak terjadi, tidak masalah bagiku. Karena aku masih tetap hidup dalam jalanku sebagai jalan pulang untuk siapapun yang ingin bersenandung denganku hingga ujung waktu. :)

Memeluk hujan semalam



Siapa bilang aku sendiri ?!!
Aku duduk di beranda ditemani gelontoran hujan, secangkir kopi, sepotong kenangan manis, dan sebait lagu 'im gonna find another you' milik John Mayer. 
Dan sesekali ku rasa ada yang mendesak ingin keluar dari pelupuk mata. Perih. Lalu meleleh. Kuseka aliran hangat itu. Dan ia pun berlalu.

**********
It's really over, you made your stand
You got me crying, as was your plan
But when my loneliness is through, I'm gonna find another you

You take your sweaters
You take your time
You might have your reasons but you will never have my rhymes
I'm gonna sing my way away from blue
I'm gonna find another you

When I was your lover
No one else would do
If I'm forced to find another, I hope she looks like you
Yeah and she's nicer too

So go on baby
Make your little get away
My pride will keep me company
And you just gave yours all away
Now I'm gonna dress myself for two
Once for me and once for someone new
I'm gonna do somethings you wouldn't let me do
Oh I'm gonna find another you




(pic by @giewahyudi)

Senin, 03 Desember 2012

T R I A S

Trias, apa kabar kau disana ? sepertinya sudah 3 tahun ini aku tak mendengar kabarmu. Bahkan status facebook mu pun tak pernah bertebaran lagi di berandaku. Yang belakangan aku sadari bahwa aku telah meng-hide aktivitas facebookmu. Tapi, hari ini entah motivasi apa yang mendorong jemari lentikku mengetikkan namamu pada kolom 'search'. Lalu ku tengok wall-mu. Tipe-tipe status mu masih sama seperti dulu.

Trias, dengan siapa kau kini melukis pada kanvas hidup mu ? Warna apa kini yang sedang kau tebarkan ? Apa kau bahagia trias ? 

Trias, dulu aku gemar memanggilmu 'ias'. Terdengar sangat cute, kau tahu ? Dan memang seperti dirimu. Tapi Trias, jangan terlalu bangga pada rupamu jika kau tak mengimbangi dengan perilakumu.

Trias, 3 tahun lalu kau mengantarku pulang saat malam itu hujan lebat sekali, kau ingat ? Tiap kali aku mengingatnya, aku kasihan padamu, kau basah kuyup dan pasti kedinginan. Dan hey, sweater merah mu masih ada padaku :) . Ias, ternyata benar bahwa hanya karena kau ke gereja dan aku ke masjid bukan berarti kita tak boleh jatuh cinta.  

Trias, kalau kau tahu, kini aku senang sekali. Kau banyak melewatkan cerita-cerita yang semestinya kita bagi. Ada yang menghujani kemarau kerontang hatiku. Dan kami telah mengukir cerita indah lebih dari setahun, dimulai pada September 2011 yang digenangi air hujan. Aku bahagia sekali, kau tahu ias ? :)

Trias, tidak capek kau seperti itu terus ? Tampaknya kau memang tidak bertanggung jawab pada semua, pada hidupmu, dan beban yang semestinya kau pikul dan selesaikan. Apa kau tidak merasa kasihan pada orang tua mu yang jauh di Medan sana ? Asal kau tahu ias, Beberapa bulan lalu ibu mu masih menanyakan keadaanmu padaku. Kemana kau ias ? Kau harus bergegas melangkah menggapai masa depanmu.

Trias, dulu kau pernah menjanjikan sesuatu padaku. Tapi nyatanya janji manismu hanya menghiasi mulutmu saja kan ? Aku menyadarinya, ias. It's just a fake love ! Menyesallah kau, Trias. Aku telah menemukan apa yang sepantasnya kudapat setelah kau membuang hati ini begitu saja ! 

Trias, Life is about praying, trying, loving, losing, forgiving, and MOVE ON !

Selamat tinggal, ias. Dan selamat ulang tahun yang ke-24. Selamat Trias ! Smoga kau bahagia.! 

Minggu, 02 Desember 2012

Disini.....Di pantai ini


Aku napak tilas ke tempat historial kita.
Terasa masih segar seikat potongan kenangan yang melekat disini, di pantai ini.
Diatas pasir putih basah, dibawah teriknya matahari, berpayung awan putih menari-nari bersama sang bayu, kau dan aku pernah berpadu.

Aku duduk di atas karang. Memandangimu yang asyik mengumpulkan keong dan kerang. Sesekali kulihat wajahmu berpendar tawa. Cerah. Lalu kau berlari menunjukkan keong yang kau temukan padaku. Kau bilang keong itu sangat cantik. Secantik aku. Aku menertawakanmu. Tapi, dalam hati aku seperti ingin menangis, menyadari aku takut kehilanganmu.

Kau tahu. Lalu kau memelukku. Aku sandarkan wajahku pada dadamu (ah inilah tempat ternyaman yang pernah ku temui). Ku dengar kau mengucapkan angan-angan. Sebuah harapan datangnya hari esok yang kau rancang. Kau isyaratkan sebait kalimat cinta. Dan kau bisikkan namaku disela gemuruh angin. Aku tersenyum dalam pelukan erat tubuhmu.

Hey, Aku masih menyimpan keong itu, kau tahu ?




Pantai menganti kebumen, 2 Des 2012, ketika hujan memeluk.