Rabu, 31 Oktober 2012

Ordinary man, ordinary me

Dan semua bla bla bla itu akan saya buang jika di hadapannya. Dia yang mungkin bahkan hanya kalian pandang dengan sebelah mata. Atau dia yang kalian pandang gagah dan berwibawa dengan seragamnya. 

Saya terlalu banyak bicara ini itu, sana sini, kesana kemari, tapi ada satu sudut kosong di balik semua bla bla bla itu yang selalu saya sediakan untuk dia yang bahkan mungkin tak seorang pun memandangnya. Dia yang biasa-biasa saja, dia yang apa adanya. Bukan dia yang hebat, bukan dia yang pintar, bukan dia yang tahu segala hal, tapi dia yang akan melindungi keluarganya di pulau seberang sana meski hanya sebatas kemampuan yang dimilikinya. Dia yang benar-benar sangat biasa.

Sudah saya katakan, kalian mungkin akan memandangnya, tapi tak mungkin mengertinya. Dia mungkin hanya seorang pria yang kebetulan sedang antri di Bank bersama kalian, atau seorang pria yang sedang duduk di salah satu bangku putih panjang di ruang tunggu dokter, atau mungkin pria yang kalian temui di warung makan langganan kalian, atau yang kalian lihat di jalan saat dia olahraga lari.

For me, He's just an ordinary man

Kalian bahkan mungkin tak akan menyadari keberadaannya. Dan semoga saya akan tetap menjadi orang pertama yang menyadari keberadaannya. Semoga dia nampak di mata saya saat orang lain tak bisa melihatnya. Semoga saja...

Tentang sebuah cinta yang diam dan menunggu, itu bukan kompromi. Tapi kompensasi. 

(dedicated for my beloved mas agung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan jejak komentar ya kawan. Tapi kalo mau komen ada aturannya :
1. Kata-kata yang sopan
2. Tidak menyinggung SARA (apalagi orang tua :p )